header junitha hornet's story

Cerpen Leo Burung Kenari yang Sombong

10 komentar
Cerpen Leo Burung Kenari yang Sombong

Leo Burung Kenari yang Sombong

Alkisah, di sebuah hutan belantara hiduplah sekumpulan  burung kenari yang tinggal di atas dahan pohon mahoni. Pohon itu sangat rindang, menjulang tinggi dan tumbuh tak jauh dari anak sungai. 

Jika pagi datang burung-burung kenari itu dengan mudah bisa menikmati hangatnya sinar mentari yang terbit dari ufuk timur, jika menjelang sore nampak rona merah dan oranye terhampar di langit pertanda matahari akan terbenan, dan jika malam hari gemerlap bintang di langitpun terlihat indah dari atas pohon itu. 

Burung-burung kenari itu memiliki bulu yang indah dan berwarna-warni, mereka memiliki suara yang sangat merdu. Saat mereka berkicau seluruh penghuni hutan yang tak jauh dari pohon itu merasa senang dan terhibur, namun ada satu burung kenari berwarna biru yang sangat sombong, burung itu bernama Leo. 

Leo si burung kenari ini adalah anak tertua, namun tingkah lakunya tidak pernah memberi contoh yang baik kepada saudara-saudaranya, bahkan Leo si sombong itu suka mengganggu pengguni hutan lainnya, tidak suka melihat yang lain senang. Ibunya sudah berulang kali menasehatinya, namun Leo tak pernah mau berubah.

*** 

Pagi ini cuaca begitu cerah, gemericik air sungai mengalir bersahutan dengan suara merdu burung-burung dari atas pohon. Udara yang dingin tidak menjadi halangan bagi burung-burung kenari untuk bergegas meninggalkan sarangnya mencari makanan, mereka mencari biji-bijian, serangga kecil dan buah-buahan di sekitar hutan. Namun tidak dengan Leo, Leo lebih memilih bermalas-malasan di sarangnya.

Siang pun menjelng, matahari tepat berada di atas kepala mereka, Ibu, dan kelima adik Leo sudah kembali ke sarang dengan membawa beberapa makanan sebagai persediaan di musim dingin. Ibu meletakan makanan itu dan perpesan kepada anak sulungnya, “Leo, jangan lupa bagikan makanan ini untuk adik-adikmu secara adil,” pinta Ibu. 

“Tidak Ibu!” jawab Leo dengan ketus. 

“Aku akan membagi makanan ini setelah aku kenyang memakannya,” Leo yang rakus itu berteriak. 

“Bukankan aku anak paling tua, sudah sepantasnya bagian makanan untuku yang paling banyak Bu,” tutur Leo. Ibu kenari menggelai nafas panjang sembari menggelengkan kepala melihat tingkah laku Leo, kemudian memberinya nasihat berulang kari.
Leo Ingat perkataan Ibu, kita harus saling menyayangi, saling berbagi dan peduli, karena kita tidak akan bisa hidup sendiri di dunia ini, kita pasti saling membutuhkan.
Barulah Leo mau membagikan makanan-makanan tersebut kepada adik-adiknya dengan sangat terpaksa, lalu ia beranjak pergi ke sarangnya perut yang penuh dengan makanan membuatnya kekenyangan dan mengantuk.


*** 

Sore harinya ...

Datanglah segerombolan burung nuri hendak mencari tempat untuk tinggal, rupanya pohon tempat mereka berteduh dari hujan dan terik di tebang habis oleh orang-orang yang mencuri kayu di hutan. Burung-burung kenari kecil yang tengah asik menikmati sore dengan bernyanyi berkicau, bersendau gurau di atas pohon terkejut dengan kedatangan mereka.

“Wahai burung kenari, bolehkah kami ikut berteduh di pohon ini,” pinta burung nuri penuh iba.

“Kami sudah terbang kesana kemari mencari tempat untuk berteduh tetapi belum juga menemukannya dahan yang bisa kami tinggali, bolehkan kalian berbagi tempat dengan kami,” ungkap salah satu burung nuri berwarna hijau penuh harap. 

Kemudian Ibu kenari yang tak jauh dari pohon mendengarkan percakapan mereka. Bergegas Ibu kenari datang menghapiri.

“Pilihlah dahan sesuka kalian Nak, pohon mahoni ini tumbuh dengan sangat rindang, masih banyak tempat untuk kalian,” tutur Ibu kenari sembari tersenyum ramah.

“Hari sudah hampir gelap, bergegaslah kalian membuat sarang,” perintah Ibu kenari.

“Terima kasih Ibu kenari, sudah memberi kami tempat tinggal,” jawab anak-anak burung nuri, kemudian mereka bergegas mempersiapkan sarangnya.

*** 

Keesokan harinya ....

Burung kenari dan burung nuri, sedang asik bermain di tepi sungai, suara kicauanya silih berganti mereka bernyanyi dengan merdu, suasana pagi menjadi begitu indah, penguni di sekitar sungai merasa terhibur dengan mereka, ada tupai, rusa, kupu-kupu, dan ayam hutan ikut berdendang bersama. Sedangkan Ibu kenari sedang sibuk mempersiapkan makan pagi untuk anak-anaknya. 

Keseruan mereka bermain di pagi hari membuat Leo merasa terganggu. Leo baru menyadari ada penghuni baru di pohon mahoni yang ia tempati, terlalu banyak tidur membuat ia tak mengetahui ada segerombolan burung nuri yang datang, kicauan mereka semakin membuat Leo marah, kemudia Leo bangun dari tidurnya dan menghampiri mereka.

“Berani-beraninya kalian berada di daerah kekuasaanku,” teriak Leo.

“Di sinilah aku yang paling berkuasa, suaraku paling merdu dan bulu-buluku paling indah di antara kalian.” Sontak mereka terkejut dan ketakutan.

“Tidak ada yang boleh tinggal di pohon ini kecuali aku dan keluargaku, jadi kalian harus pergi dari sini,” ucapnya. 

Burung-burung nuri ketakutan, kemudian mereka berhamburan terbang ke arah tebing di sebrang sungai yang tak jauh dari pohon mahoni, di tebing itu ada beberapa celah-celah yang ditumbuhi pohon pakis, di sinilah mereka membuat sarang yang baru untuk tempat tinggal mereka, tempatnya tidak cukup nyaman untuk berteduh dari hujan, panas, dan dingin, tetapi mereka tidak ada pilihan lain kecuali berlindung di tebing itu.

*** 

Leo merasa sangat bahagia melihat burung-burung nuri ketakutan, ia pun tidak memperdulikan adik-adiknya yang bersedih karena ulahnya. Sang Ibu mengajak kelima adiknya berkeliling hutan untuk menghibur mereka. Sekarang tinggalah Leo sendiri di atas pohon menikmati kemenangannya.

“Ini adalah daerah kekuasaanku,” gumamnya.

“Akulah satu-satunya burung kuat, dan paling indah di hutan ini.” Kemudian Leo merayakan kebahagiaannya itu dengan bernyanyi, berkicau, dan bersiul di atas dahan lalu berputar-putar dan mengepak-ngepakan sayapnya, ia tak menyadari ada yang mengintai gerak-geriknya, mereka adalah sekelompok orang yang sedang berburu di hutan. 

Orang-orang itu, mengendap-endap menghampiri Leo dari belakang, dengan membawa selembar jaring siap menangkapnya. Dari kejauhan nampak Ibu kenari dan anak-anaknya melihat pemburu-pemburu itu hendak menangkap Leo. 

Dengan sekuat tenaga Ibu kenari berteriak, “Leo…ayo terbang.” Leo yang sedang asik bernyanyi dan menari tak menghiraukan perintah Ibu. burung sombong itu terus menari, namun naas pemburu-pemburu itu dengan cekatan menangkap tubuh Leo, Leo jatuh tersungkur, tak berselang lama Ibu kenari dan adik-adiknya mencoba menolong, mereka mencoba mematuk kepala pemburu dan juga membuat kegaduhan.

Mendengar kegaduhan hewan-hewan yang ada di sekitar hutan berdatangan, tak ketinggalan burung-burung nuri yang sedang beristirahat di celah-celah tebing pun bergegas menghampiri dan dengan cepat menolong Leo yang sudah masuk perangkap. Saat tubuh Leo akan di masukan ke dalam kandang, dengan secepat kilat seekor tupai melopat ke arah pemburu itu, tangan kekar pemburu itu digigitnya dengan sekuat tenaga, seekor ular ikut serta melilit kaki salah satu prmburu, akhirny Leo berhasil selamat. 

Burung-burung nuri memapah dan membatu Leo terbang meyelamatkan diri. Mereka terbang menuju ke arah tebing, mereka bersembuyi di sarang yang dibuat oleh burung nuri. Pemburu-pemburu yang lainnya terus mengejar, mengokangkan senapan angin dan mengarahkan senapan itu ke arah tebing. Bersyukur para pemburu itu tidak berhasil menangkap Leo dan burung lainnya, karena air sungai yang deras dan tebing yang curam tak mampu mereka lewati.

“Terima kasih nuri, berkat kalian aku selamat,” ungkap Leo, sambil menundukan kepala penuh dengan penyesalan.

“Maafkan semua perbuatanku dan kesombonganku ya,” pintanya. Burung nuripun menjawab, “Kami sudah memaafkanmu, sebelum kamu minta maaf.” Merekapun saling berpelukan.

*** 

Setelah situasi aman dan pemburu-pemburu itu pergi, Leo dan keluarganya kembali ke pohon mahoni, tak lupa ia mengajak burung-burung nuri untuk tinggal bersamanya. Sejak kejadian itu Leo tak lagi menjadi burung kenari yang sombong, ia menyadari bahwa hidup harus rendah hati dan saling tolong menolong. 
Seluruh penghuni hutan di tepi sungai kini hidup rukun dan bahagia. Setiap pagi dan sore hari terdengar kicauan burung yang sangat merdu. Ibu kenari bersyukur kini Leo menjadi anak yang berbakti dan penyayang.












Junitha Hornet
Selamat Datang di Junitha Hornet's Story Blogger, Cerpenis, dan Penyuka Buku "Menulislah Karena Suka, Maka Kamu Akan Menikmatinya".

Related Posts

10 komentar

  1. Menarik sekali ceritanya, boleh juga ku bacain buat anak-anakku. Sarat makna dan pesan kehidupannya tersampaikan dengan sempurna.

    BalasHapus
  2. Ceritanya penuh makna, Mom, bisa jadi pembelajaran sederhana, cocok nih buat bahan cerita ke anak-anak :D

    BalasHapus
  3. dilengkapi gambar bagus nih mbak. lebih hidup ceritanya. keren

    BalasHapus
  4. Bagus ceritanya, sarat dengan makna. Nambah nih referensi Bunda untuk dongeng.

    BalasHapus
  5. Waah, ini karya mbak Junitha sendiri? Keren iiiih. Izin ikut bacakan buat ponakan ya, Mbak. Asyik nih ceritanya😍.

    BalasHapus
  6. Suka sekarli dengan oesan moral di dalamnya, mb. Ini masuk cerita fabel ya? Idenya bagus sekali.

    BalasHapus
  7. Wahh,, karya cerpen yang keberapa nih mba? Bagus nih ceritanya dalem dan penuh makna.. Bisa dong kasih tips bikin cerita kayak gini :D

    BalasHapus
  8. hehehhe aku membaca antara kenari dan nuri. nyaris ketukar beruntung ada nama leo hehehe

    kadang kita perlu ya membaca ceritaanak semacam ini, alih2 buat anak sejatinya kita yang sedang belajar mendewasakan sifat ke kanak knakan yang terjebak di tubuh dewasa kita
    nice mbk aku jadi inget cerbung anak yang belum aku selesaikan hehe

    BalasHapus
  9. Ada alternatif baru buat anak2 baca cerita sesuai usianya. Jadi kalau gini makin banyak referensi anak buat mencari bacaan yangs sesuai. Nicee mbaaa

    BalasHapus
  10. wah keren banget mb Junita. Apakah ini karya mb Junita? ceritanya penuh makna sekali, bagus banget!

    BalasHapus

Posting Komentar