header junitha hornet's story

Cerpen I’m Broken Heart

I’m Broken Heart

Junitha Hornet

Cerpen I’m Broken Heart

Hal terindah bagi seorang pria adalah
mampu memberikan kebahagiaan untuk belahan jiwanya, dan
menjadi mempelai pria dihari pernikahannya.

Hari ini cuaca begitu cerah, musim hujan sudah berlalu pepohonan terlihat subur dan tunas-tunas baru mulai tumbuh. Kupandangi hamparan sawah begitu indah, sejauh mata memandang nampak hijau bak permaidani, pegununganpun terlihat berdiri dengan gagah.

Siang ini aku dan teman-teman Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) melakukan Survei ke bumi perkemahan, adik-adik mahasiswa calon angota baru Ektra Kulikuler Mapala di kampusku akhir pekan ini akan mengikuti seleksi angota baru sekaligus kami akan mengadakan kemah, aku sebagai ketua panitia bertanggung jawab penuh agar acara berjalan dengan lancar.

Aku dan teman-teman panitia menemukan tempat yang strategis untuk mengadakan acara dan mendirikan tenda, letaknya tak jauh dari sungai, cukup aman dan dekat dari pemukiman warga. Setelah selesai melihat lokasi termasuk menyelesaikan urusan perijinan kami bergegas pulang.

***

Hari yang dinanti akhirnya datang, seleksi anggota baru Mapala hari ini dilaksanakan, acara diresmikan oleh perwakilan dari salah satu dosen di kampus kami.

“Bima Atma Syahputra sebagai penanggung jawab acara, kami percayakan acara ini bisa berjalan dengan sukses, saya harap untuk semua mahasiswa dan panitia saling mendukung dan bekerja sama agar acara berjalan dengan baik.” Itulah sebagian kecil sambutan yang disampaikan oleh Bapak Nugroho, M.Si selaku perwakilan dari kampus.

“Apakah kalian siap?” pintanya dengan suara yang tegas.

“Siap Pak!” semua peserta menjawab dengan serentak.

Acara selanjutnya adalah pelepasan burung merpati sebagai simbol bahwa acara resmi dibuka dan disambut dengan tepuk tangan riuh oleh seluruh peserta. Usai acara pembukaan, rombongan perwakilan dari kampus meninggalkan bumi perkemahan.

Acara berlangsung selama empat hari dengan banyak kegiatan, seleksi penerimaan anggota baru mapala berjalan dengan sukses, ini semua berkat kerjasama dari semua pihak.

***

Kegiatan inilah awal dari sebuah perjalanan panjang dalam hidupku, di bumi perkemahan inilah aku dipertemukan dengan seorang gadis cantik bernama Resti Maheswari semester tiga di fakultas Hukum, sedangkan aku sendiri adalah mahasiwa semester akhir di fakultas Tekhnik.

Gadis ini adalah salah satu dari sekian banyak calon anggota yang mengikuti seleksi mapala. Kami berkenalan kemudian berteman dan saling dekat, kami memiliki banyak kesamaan, sama-sama suka dengan alam, kami sering naik gunung, panjat tebing, ke pantai dan banyak tempat yang kami datangi dengan teman-teman lainnya, hingga pada akhirnya kami menjalin sebuah hubungan yang lebih serius lagi.

***

Kesibukanku dengan tugas skripsi tidak membuat hubungan kami menjadi tidak harmonis, kami masih sama-sama memiliki kualitas waktu yang sangat baik, kami sama-sama saling mendukung kegiatan kuliah dan kegiatan lainnya, hingga akhirnya kelulusanpun tinggal menghitung hari, bahagianya aku ketika wisuda akan ada gadis cantik yang menjadi pendamping dihari bahagiaku ini, Resti Maheswari dialah orang yang sangat istimmewa.

***

Tiga tahun kemudian, aku menjadi seorang Arsistek muda, aku memiliki team yang sangat Solid, aku menjadi konsultan banyak perusahaan di beberapa kota untuk membuat desain bangunan yang mereka inginkan. Sedangkan Resti mejadi seorang Notaris. Aku dan Resti kemudian melagsungkan pertunangan, mejalin hubungan kearah yang lebih serius lagi, dan kami memutuskan untuk menikah satu tahun kemudian.

Persiapan untuk melangsungkan pernikahan kami lakukan dengan penuh suka cita, satu persatu kami mulai persiapkan, mulai dari fiting baju, meloby gedung, mencari Weding Organizer (WO), memilih kartu undangan yang terbaik, berburu Souvenir dan lain-lain.

Foto Preweding kami lakukan di bumi perkemahan tempat kami pertama kali bertemu. Tanggal Akad Nikah dan resepsi pernikahan telah ditetapkan, semua berjalan dengan lancar. Tiga minggu kemudian undangan kami kirim untuk teman, kolega, saudara dan semua orang yang kami kenal dengan baik.

***

Mendung tak harus ditandai dengan cuaca buruk, awan gelap, angin berhembus kencang atau bahkan mendung tak berati hujan akan turun. Namun mendung juga bisa berarti bahwa ada anak adam yang sedang dirudung duka, bagaimana tidak aku seoarang mempelai laki-laki dengan dikelilingi keluarga besar yang sudah berkumpul di sebuah gedung yang sudah kami persiapkan untuk melangsungkan Ijab Qobul namun mempelai wanita tak kunjung datang di tempat yang sudah kami persiapkan bersama.

Peghulu dan keluarga inti mulai gelisah, aku mencoba menutupi kegelisahanku, berfikir positiv bahwa ada sesuatu hal yang membuatnya datang terlambat.

Tak selang beberapa waktu, keluarga mempelai wanita datang dengan rombongan, namun aneh mempelai wanitaku tak ikut serta dalam rombongan itu. Ayah dan Ibunya tiba-tiba menagis, orang tua kedua mempelai saling berpelukan, entah apa yang terjadi, aku mencoba tenang dan terus menghubungi ponselnya namun tak juga ada jawaban.

Salah satu keluarga Resti menghampiriku kemudian menyodorkan selembar surat bersampul biru, selembar surat berisi goresan pena yang ditulis olehnya.

Teruntuk kedua orangtuaku dan kakak-kakaku….

Maafkan Resti…. Resti tidak bisa menikah dengan Bima, ada orang lain yang selama ini masih menungguku dan mencintaiku juga sebaliknya, dia adalah Rangga. Rangga orang yang aku cintai sejak SMU, Rangga yang sempat meninggalkanku untuk melanjutkan kuliah diluar kota.

Hari ini Rangga datang kembali dan memintaku untuk bersama-sama lagi. Maafkan Resti telah membuat keluarga malu dengan keputusan ini, sampaikan maafku untuk Bima dan keluarganya.

Kubaca surat yang ditulis oleh belahan jiwaku yang selama lima tahun ini menghabiskan banyak waktu bersamaku, seketika tubuh ini terasa lemas dan airmata ini berlinang, namun sekuat tenaga kusembuyikan rasa yang telah mencabik-cabik perasaanku ini, mencoba untuk tenang demi keluargaku, logikaku sebagai laki-laki harus tetap aku jaga, aku mencoba tegar walaupun terluka. Hari ini aku menjadi pengantin tanpa mempelai wanita.

Aku mencoba menyakinkan kedua orangtuaku bahwa semua akan baik-baik saja, akupun memohon maaf telah melukai perasaan banyak orang-orang yang aku sayangi, rasa malu tak lagi kupedulikan.

***

Hari berganti, waktu berlalu, seketika aku menjadi Bima laki-laki yang dikenal sangat ramah, ceria, selalu diandalkan berubah menjadi Bima yang tertutup, Bima yang tidak suka banyak bicara, Bima yang selalu gelisah, merasa tidak berguna, sensitif, mudah bersedih, dan selalu merasa cemas. Rupanya aku mengingkari janji kepada kedua orang tuaku, aku tak baik-baik saja, aku Depresi, I’m Broken Heart. Upaya untuk mengakhiri hidup datang silih berganti, semua kepercayaan terhadap orang lain seketika luruh, kebencian, rasa tak berdaya terus bergelayut.

***

Satu tahun berlalu, aku menjalani rentetan pengobatan beberapa Psikolog. Depresi yang aku alami masih tahap ringan dan masih bisa disembuhkan, aku melakukan Psikoterapi Cognitive Behavior Therapy (CBT), terapi ini bertujun untuk membantu pengidap melepaskan pikiran dan perasaan negatif, serta menggantinya dengan respon positif, aku menjalani pengobatan dengan teratur.

Perlahan aku mulai mengumpulkan kepercayaan diriku, lebih mendekatkan diri pada Alloh SWT, berdialog dengan_Nya, berkeluh kesah dan memohon diberi kesabaran, kelapangan hati, diberi petunjuk dan juga mencoba untuk menerima kenyataan.

Beruntungnya aku dikelilingi orang-orang yang sangat peduli, keluarga yang sangat menyayangi, teman-teman, kolega dan semua yang ada disekelilingku mereka begitu mendukung untuk kembali bangkit, dan itu semua adalah salah satu obat terbaik bagiku hingga akhirnya aku dinyatakan sembuh total.

***

Aku memulai lagi segala aktifitas agar kembali berjalan dengan normal, aku banyak mengambil hikmah dari setiap kejadian, hadirnya orang-orang yang mendukung, memahami dan mengerti keadaan kita saat terjatuh akan memudahkan seseorang bangkit dari keterpurukan. Aku bersyukur Alloh SWT masih memberi jalan untukku, aku tak boleh patah semangat atau menyalahkan diriku sendiri, aku memiliki keluarga dan orang-orang disekelilingku yang harus aku bahagiakan, dan aku juga berhak untuk membahagiakan diriku sendiri.

Aku membuka lembaran baru, kembali menjadi Bima Atma Syahputra, seorang laki-laki penuh dengan impian dan kerja keras, aku memulai lagi menjalankan pekerjaanku bergabung kembali dengan Teamku yang begitu Solid, berjuang untuk mendapatkan kembali apa yang pernah aku miliki, menjalani hobi dan berkumpul bersama semua orang-orang yang mengasihiku. Dua tahun lamanya waktu yang tak sebentar membuatku tidak berdaya dan terpuruk, aku harus bangkit menjadi orang yang bermanfaat.

Aku mencoba untuk menghubungi beberapa kolega meyakinkan kembali, menjalin hubungan baik, melanjutkan hidup dan melupakan apa yang telah dilalui dimasa yang lalu. Aku yakin akan banyak hikmah yang aku dapatkan dari rentetan perjalanan hidup dimasa yang lalu. Semangat berusaha keras untuk bangkit.

Akupun telah memaafkan Resti Maheswari, gadis istimewa yang pernah menjalani hari-hari selama lima tahun, tak ada rasa dendam dihatiku, setidaknya dia adalah salah satu orang yang pernah memberi banyak dukukangan atas semua pencapaianku selama ini. Saat ini aku lebih bisa menerima dan memahami perihal jodoh dan ketetapan Alloh SWT.

“Bahwa jodoh ditangan Alloh SWT, dan apa yang baik menurut manusia belum tentu baik di mata Alloh SWT, sehingga Alloh SWT akan memilihkan jalan terbaik untuk kita dengan cara_Nya”.














Junitha Hornet
Selamat Datang di Junitha Hornet's Story Blogger, Cerpenis, dan Penyuka Buku "Menulislah Karena Suka, Maka Kamu Akan Menikmatinya".

Related Posts

Posting Komentar