header junitha hornet's story

Cerpen Sepotong Kue Kenangan

Sepotong Kue Kenangan

Oleh : Junitha Hornet

Cerpen Sepotong Kue Kenangan

Mobil Honda Yaris berwarna merah yang dikendarai oleh Rangga melaju menembus jalanan ibu kota yang sudah mulai larut. Laki-laki berkulit sawo matang itu terus mencari gadis bernama Sherly yang beberapa jam lalu pergi meninggalkannya tanpa permisi. Setiap sudut jalan tak lepas dari pengawasannya, berharap ada seseorang yang sedang ia cari. Di tempat-tempat yang selalu mereka datangi pun tak luput dari pencarian.

“Sher, kamu dimana? Angkat telephonnya, please!” gumamnya penuh dengan rasa cemas. Jari-jemarinya terus megetuk alat kemudi, mobil yang ia kendarai berjalan semakin pelan, kemudian laki-laki berusia dua puluh tiga tahun itu mulai menepi di pinggir taman. Rangga mulai turun dari mobil, melangkahkan kakinya dan terus berharap menemukan sahabatnya.

***

Empat jam yang lalu ….

“Engagement Day! Nggak nyangka aku bisa sesibuk ini dari kemarin mempersiapkan hari pertunangan Rangga dan Bella.” Sherly seolah-olah tak percaya, namun ia tetap tersenyum bahagia, gadis itu senang menjadi bagian dari hubungan mereka berdua alias menjadi Makcomblang, karena Bella terus saja memintanya untuk menjodohkan dengan sahabatnya itu.

Usai mengecek semua persiapan dan berkordinasi dengan team event organizer, gadis berparas ayu itu kemudian berjalan menuju taman tempat diadakannya pesta, kedua tangannya mendorong meja trolley dengan membawa red velvet cake diatasnya, dua susun kue cantik buatannya itu dipesan secara khusus oleh Rangga untuk melengkapi hari istimewanya.

“Sini Sher, biar tante bantu.” Tante Arini menghampirinya, kemudian mengambil alih trolley itu. Tante Arini adalah orang tua Rangga yang sudah seperti ibu bagi Sherly, mereka sudah sangat dekat, saling mengenal satu sama lain bahkan sejak Sherly masih kecil, mereka seperti layaknya keluarga.

“Tante, Sherly pamit ke belakang dulu yah,” pintanya. Kemudian gadis berhijab pink motif bunga dengan terusan berwarna khaky itu pun berlalu meninggalkan tante Arini.
***

“Masih ada waktu satu jam lagi,” ucapnya. Gadis itu duduk di kursi taman tak jauh dari tempat berlangsungya acara. Sejenak gadis yang memiliki hobi traveling itu beristirahat melepas lelah dengan meneguk secangkir kopi, kemudian duduk bersandar menatap langit, membiarkan wajahnya tersapu angin malam.

Thanks GOD. Cuaca sangat cerah, semoga acara berjalan dengan lancar.” Sherly berdoa, lalu mengusapkan kedua tangan diatas wajahnya.

Tak berselang lama, seorang gadis cantik berambut panjang yang tak lain adalah Bella datang menghampiri. Sherly menyambutnya dengan senyum ramah, Bella kemudian duduk di sampingnya.

“So beautiful … Gimana, deg-degan nggak nih?” Sherly meledek Bella, salah satu teman baiknya saat duduk di bangku kuliah yang sekarang menjadi belahan hati Rangga sahabatnya.

“Deg-degan dong, tapi aku senang,” jawabnya. Nampak kebahagiaan terpancar di wajah orientalnya.

“Oya Sher, terima kasih yah kamu sudah banyak bantu aku, dari awal sampai detik ini,” ungkapnya penuh syukur.

“Mmmmm, boleh aku minta sesuatu sama kamu Sher,” pintanya.

“Kok jadi serius gini, minta apaan sih.” Sherly penasaran.

“Setelah aku menjadi tunangan Rangga, aku harap kamu meninggalkannya, aku nggak mau melihat kalian sedekat itu.” Seketika suasana menjadi hening. Sherly mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum kemudian menganggukan kepala tanpa berbicara apapun.

“Aku juga mau mengembalikan buku diary kamu,” Bella mengulurkan sebuah buku harian berwarna lavender, diletakannya buku harian itu dipangkuan Sherly.

“Bella, bagaimana bisa buku ini ada sama kamu?” Gadis itu terkejut meraih dan memegang erat buku miliknya yang pernah hilang beberapa tahun yang lalu.

“Sorry aku mengambil buku itu tanpa permisi saat kita kuliah dulu, kamu tahu kenapa? Karena aku nggak suka melihat kamu dan Rangga begitu akrab, dan apa kamu tahu, sejak kuliah aku sudah mulai menyukai Rangga, aku mencari banyak cara agar bisa mendapatkannya, salah satunya dengan memanfaatkan kamu,” ucapnya dengan nada tinggi.

“Me-man-faat-kan-aku?” Sherly terperanggah.

“Iya, karena aku yakin kamu bisa aku peralat, kamu akan rela melakukan apa saja untuk kebahagiaan Rangga, dan rupanya aku berhasil,” Bella tertawa penuh kemenangan. Tak mau banyak bicara Bella beranjak dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan Sherly.

***

Sherly masih duduk di kursi taman, dengan memeluk buku diary kesayangannya. Buku berisi tentang curahan hatinya. Perihal goresan pena tentang cinta pertamanya dengan sosok laki-laki bernama Rangga, teman kecil sekaligus sahabat terbaik sepanjang usianya.

Cinta pertama yang tak pernah terucap hingga detik ini, perasaan yang ia simpan dilubuk hati yang paling dalam dan tak diketahui oleh Rangga atau siapapun juga.

Untuk kebahagiaan sahabatnya itulah ia rela melupakan perasaannya dan membantu menyatukan Bella dan Rangga hingg menjadi sepasang kekasih.

***

Dadanya terasa sesak, matanya berkaca-kaca. Sherly mengatur nafas dan berusaha untuk tetap tenang.

“Aku tak mau merusak acara ini, aku harus kuat karena ini sudah menjadi keputusanku,” gumamnya, kemudian Sherly berjalan menuju tempat diadakannya pesta. Tante Arini melambaikan tangan ke arah Shery, Sherly pun membalasnya. Acara akan segera dimulai, Sherly menyaksikan dari kejauhan, berbaur dengan tamu undangan yang lain.

Rangga memotong red velvet cake buatan Sherly, dan memberikannya kepada Bella, Bella tersenyum dan sesekali melirik kearah Sherly. Sherly pun melemparkan seulas senyum kecil kearahnya.

Gadis itu turut bahagia melihat sahabatnya itu telah menemukan belahan jiwanya, namun tak dipungkiri ada ruang di hatinya yang turut merasakan kesedihan melihat sahabatnya itu bertunangan.

***

“Selamat berbahagia Rangga, kue itu akan menjadi sepotong kue kenangan untuk kita,” gumamnya lirih, kemudian gadis itu meninggalkan pesta sebelum dua cincin tersematkan di jari manis sahabatnya.

Sherly tak mampu menahan kesedihan, berlinangan air matanya, gadis itu terus berlari, tanpa ia sadari buku diary kesayangannya itu terjatuh.

Rangga yang melihat Sherly pergi begitu saja merasa heran kemudian mengejarnya, namun Sherly tak memedulikannya. Rangga mengambil diary yang terjatuhi dan membacanya.

Dear Rangga ….

Ketika kamu bahagia, aku pun bahagia

karena sejatinya cinta yang tulus adalah cinta yang mampu untuk merelakan.

Goresan pena itu menutup lembar terakhir buku diary yang ia baca. Rangga kembali mengejar sahabatnya itu dan meninggalkan pesta, mencarinya disetiap sudut jalan juga di taman-taman kota yang ia lalui.

***

Satu Tahun Kemudian ….

Pertunngannya dengan Bella urung dilaksanakan, dengan jutaan kata maaf terucap dari bibirnya untuk kedua keluarga, untuk Bella dan semua orang. Rangga tak mau mengambil keputusan yang lebih fatal perihal menjalani kehidupan dimasa depan.

Rupanya Rangga pun memiliki perasaan yang sama seperti apa yang Sherly rasakan, sama-sama ingin melihat orang yang disayanginya bahagia, sama-sama tak ingin merusak persahabatan yang sudah terjalin sejak mereka kecil, tetapi tadir berkata lain, hati mereka mulai terpaut satu sama lain mereka saling mencintai dalam diam,

Waktu berlalu begitu cepat berlalu. Rangga masih menunggu Sherly, laki-laki penyuka warna hitam itu tak memaksa Sherly untuk membuka hati kembali dan menerimanya, pun tak merelakan untuk meninggalkannya, mereka membiarkan perasaan itu mengalir seperti air, hingga kelak bermuara ditempat yang sama.

***

Sore ini, di cafe Orchid, Rangga menikmati segelas lemon tea dan sepotong cheese cake dengan olesan strawbery jam, rasa manisnya mengingatkan akan jutaan kenangan indah bersama Sherly, tentang kerinduan yang tak pernah ada jeda. Dalam diamnya dia terus merapalkan doa agar kelak Alloh SWT menyatukan mereka.
Apapun yang terjadi di dunia ini, telah tertulis di Lauh Mahfudz, maka janganlah kita risaukan.
Rangga meyakini hal itu, hingga tidak lagi ada penyesalan di dalam hatinya, laki-laki itu pun terus menjalani hidupnya dengan lebih baik lagi, bekerja keras hingga suatu saat nanti menjadi layak untuk mendamping wanita yang ia cintai.


















































Junitha Hornet
Selamat Datang di Junitha Hornet's Story Blogger, Cerpenis, dan Penyuka Buku "Menulislah Karena Suka, Maka Kamu Akan Menikmatinya".

Related Posts

Posting Komentar